Panggung
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives.
The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Articles
18 Documents
Search results for
, issue
"Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni"
:
18 Documents
clear
Pergulatan Ideologi dalam Penciptaan Musik Kontemporer Bali
Arya Sugiartha, I Gede
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.3
Tulisan ini menelaah dinamika estetik munculnya musik-musik Bali garapan baru dengan konsep-konsep musikal yang berbeda selama kurun waktu tiga dekade terakhir ini. Kreativitas dengan pendekatan dekonstruksi ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat setempat. Metode kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis sebagai landasan berpikir dan postmodernisme sebagai teori kunci dalam paradigma kajian ini. Bentuk kajian dilakukan dengan mengembangkan penafsiran makna melalui pendekatanteori estetika (ideologi, etnomusikologi, dan semiotika) dan dekonstruksi Jacques Derrida. Temuan hasil penelitian ini yakni bahwa kreativitas musik Bali garapan baru didorong oleh faktor internal yang meliputi ideologi seniman dan semangat baru dalam memaknai konsep-konsep pelestarian musik tradisi; dan faktor eksternal, yaitu musik Bali dalam konstelasi global. Wujud kreativitas musik ini dapat diklasifikasikan menjadi kreativitas musik kreasi baru dan kreativitas musik eksperimental. Kreativitas musik Bali garapan baru berdampak terhadap seniman pencipta, eksistensi musik Bali, dan sikap masyarakat; serta mengandung makna perubahan budaya, kekayaan estetik, dan terbangunnya kesadaran baru.Kata kunci: Pergulatan ideologi, penciptaan musik, dan kontemporer
Siger Sebagai Wujud Seni Budaya Pada Masyarakat Multietnik di Provinsi Lampung
Ciciria, Deri
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.8
Artikel ini menitik beratkan pada pembahasan siger sebagai simbolÃÂ integrasi masyarakat suku Lampung. Provinsi Lampung terdiri dari dua golongan suku asli yaitu suku Lampung Pepadun dan Saibatin. Keadaan ini sangat rentan akan terjadinya konflik dan perpecahan karena rasa sukuisme yang muncul karena tinggal di wilayah adat berbeda. Makna yang terungkap dalam artikel ini adalah bahwa siger merupakan simbol pemersatu masyarakat Lampung. Bentuk, warna, dan berbagai hiasan aksesorisnya menyiratkan persatuan dan kesatuan suku, subÃÂ suku, dan keturunan masyarakat Lampung Pepadun dan Saibatin. Dengan adanya siger, masyarakat Lampung Pepadun ataupun Saibatin terikat oleh suatu persamaan kebudayaan, silsilah keturunan, kehidupan sosial budaya bahkan rasa senasib sepenanggungan. Siger dijadikan sebagai sarana propaganda mewujudkan integrasi masyarakat suku Lampung. Oleh karena itu siger banyak dimunculkan pada berbagai ornamen bangunan rumah, pasar (baik modern maupun tradisional), gapura, dan simbol pemerintahan sebagai wujud kemajemukan masyarakat Lampung.Kata kunci: Siger, Integrasi Budaya
Kajian Visual Busana Tari Topeng Tumenggung Karya Satir Wong Bebarang Pada Masa Kolonial
Sujana, Anis
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.4
Topeng Cirebon menunjuk kepada suatu genre pertunjukan tradisional yang menampilkan beberapa repertoar tari: salah satunya adalah Tari (Topeng) Tumenggung. Dilihat dari sisi busana, elemen-elemen busana Tari Tumenggung dipandang ââ¬Ëkeluarââ¬â¢ dari kelaziman (konvensi) busana Topeng Cirebon, terindikasi dari pemakaian bendo/udeng, pet/topi, kacamata, kemeja lengkap dengan dasi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan makna di balik tanda-tanda busana Tari Topeng Tumenggung, dengan berbagai atribut kelokalan budaya yang menyertainya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah-kebudayaan. Secara diakronik difokuskan pada periode kolonial di Pulau Jawa, dan secara sinkronik difokuskan pada makna simbolik busana Tari Tumenggung. Analisis-visual dilakukan melalui perspektif teori semiotik Peirce yang menawarkan nalar trikotomi: sign ââ¬â referent ââ¬â interpretant. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan Topeng Tumenggung memiliki makna konotatif antara lain sebagai sindiran rakyat jelata terhadap penguasa pada waktu itu. Dalam konteks seni tradisi masa kolonial hasil penelitian menunjukan bahwa, busana Tari Tumenggung memiliki tipe kode-kode ganda sebagaimana karakter tanda pada bingkai keilmuan posmodern.Kata kunci: Tari Topeng Cirebon, Busana Tari Topeng Tumenggung, semiotika kode dan tanda
Kombinasi Pendekatan Pembelajaran Musik Berkonsep Barat dan Kearifan Lokal Bagi Peserta PPL
Latifah, Diah
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.9
Kajian ini menganalisis modelàpendekatan pembelajaran dengan konsep Barat dan Kearifan Lokal pada pembelajaran musik yang dilaksanakan oleh peserta Program Pengalaman Lapangan. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui kekuatan pendekatan pembelajaran berkonsep Barat dan kearifan lokal untuk mempersiapkan calon guru musik berkompeten. Metode penelitian yang digunakan adalah Narratif Inquiry untuk menjelaskan berbagai kejadian yang diobservasi pada saat penelitian berlangsung. Hasil penelitian mengungkap, bahwa kombinasi pendekatan pembelajaran berbasis kearifan lokalàdan berkonsep Barat memiliki kekuatan untuk mengantarkan peserta Program Pengalaman Lapangan sebagai calon guru musik professional yang memiliki kompetensi mengajar musik dengan baik, serta soft skill saat melaksanakan implementasi pembelajaran. Hasil belajar musik yang dicapai siswa memberikan informasi yang signifikan. Siswa memiliki kompetensi musik yang baik disertai dengan kompetensi soft skill hasil dari proses belajar musik.Kata kunci: Kombinasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dan berkonsep Barat ââ¬â Calon guru musik berkompeten
Dinamika Teater Modern Di Bandung 1958 - 2002
Abdulah, Tatang;
Dimyati, Ipit Saefidier
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.5
Penelitian ini mengkaji dinamika perkembangan teater modern di Bandung dari tahun 1958 sampai dengan 2002. Objek Sampel penelitian ini adalah âStudiklub Teater Bandungâ (STB). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sejarah dengan tujuan untuk mengetahui metode dan ideology karya-karya Suyatna Anirun. Dari penelusuran melalui dokumen dan wawancara dengan berbagai pihak akhirnya ditemukan kesimpulan bahwa STB di bawah penyutradaraan Suyatna Anirun selalu bertitik tolak dari naskah Barat yang dianggap berat. Untuk mengakrabkan antara tontonan dengan penonton, naskah sebagai titik tolak garapan seringkali disadur terlebih dulu. Setiap pertunjukan STB selalu menonjolkan posisi actor, artinya deol slalu menjadi titik pusat petunjukan. Dalam pengelompokan gaya, STB dianggap sebagai salah satu kelompok teater yang konsisten membawakan gaya teater realis. Pola metode dan deology berkarya Suyatna Anirun sangat mempengaruhi kelompok-kelompok teater modern lainnya yang tumbuh dan berkembang di kota Bandung.Kata kunci: Metode, Penyutradaraan, Pertunjukan Teater.
Prototip Musik Kolintang Dengan Teknologi Abakod Di Politeknik Negeri Sriwijaya
Mandiangan, Pridson;
-, Amperawan;
Suhairi Hazisma, L.
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.1
Berdasarkan pengalaman, kendala utama dalam belajar dan berlatih musik kolintang adalah metode pembelajaran yang bersifat manual yakni melalui instruksi dari pelatih dengan menyebutkan nama-nama kord yang harus diketuk, sehingga kerap terjadi kesalahan dalam menerima instruksi tersebut. Kesalahan itu sangat mungkin terjadi karena nama-nama kord kecuali kord A, semuanya berhuruf vocal âeâ (C,D,E,F,G,B), sehingga sulit dibedakan apalagi ditengah suara keras musik kolintang yang tengah dimainkan. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi atas permasalahan tersebut dengan menciptakan sebuah alat bantu pengajaran berupa aplikasi teknologi yang diberi nama âAbakodâ. Alat ini berfungsi sebagai petunjuk kord, kepada pemain sehingga tidak perlu lagi dikomando, pemain cukup berkonsentrasi pada lampu indikator yang terpasang pada bilah-bilah nada kolintang. Bilah-bilah nada yang menyala itulah yang diketuk. Tahun pertama penelitian menghasilkan prototype Abakod, dan telah dilakukan uji coba cara kerjanya berjalan sesuai dengan yang diinginkan.Kata kunci: kebudayaan, kolintang, kord, prototype Abakod.
Subjektivitas Dalam Iklan Ambient Media Miracle Aesthetic Clinic
Murwonugroho, Wegig;
Pilliang, Yasraf Amir
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.6
Subjektivitas di dalam iklan adalah kuasa yang dimiliki iklan untuk mengkonstruksi trend, kebenaran, hingga ideologi yang terjadi melalui alam bawah sadar. Iklan berfungsi menyampaikan pesan, yang direpresentasi-visualkan melalui metafora-metafora yang menjembatani antara gambaran imajinasi dan realitas. Ambient media merupakan media beriklan yang memanfaatkan lingkungan di mana iklan ditempatkan. Miracle Aesthetic Clinic (Miracle) merepresentasi-visualkan iklan ambient media-nya dengan cara menghilangkan tampilan wajah kedua boneka perempuan. Wajah model iklan merupakan komoditi pencitraan yang pada umumnya memiliki nilai jual, namun dalam kedua iklan ini justeru ditenggelamkan ke dalam alas meja dan dinding tembok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisa Wacana Kritis untuk menganalisa subjektivitas di dalam pemaknaan ambient media. Subjektivitas iklan Miracle menyudutkan perempuan tidak dapat hadir, tersisih, menjadi sosok yang mengerikan di dalam tataran sosialnya ketika wajah berjerawat.ÃÂ Iklan ambient media Miracle ini berhasil mengkonstruksi wacana trend baru kecantikan wajah yang tidak terbatas pada tolok ukur karakteristik kecantikan pada umumnya.Kata kunci: ambient media, subjektivitas, kuasa, kecantikan ideal perempuan.
Model Pembelajaran Post-Method Pedagogy Mahasiswa Perguruan Tinggi Seni Pada Mata Kuliah Bahasa Inggris
Sundari, Yupi;
Rachmaningsih, Irma
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.2
Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi  dan  pencapaian studi mahasiswa terhadap mata kuliah bahasa Inggris di STSI Bandung yang selama ini sering dipandang sebagai pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Penelitian dilakukan di STSI Bandung pada perkuliahan bahasa Inggris di Jurusan Karawitan dan Seni Rupa dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development Method. Penerapan post-method pedagogy memperhatikan tiga komponen utama, yaitu lingkungan belajar, siswa dan pengajar. Keberhasilan pengajaran bahasa Inggris dipengaruhi komponen siswa, pengajar, materi ajar dan hubungan antara siswa dan pengajar. Dari penelitian ini didapatkan model pembelajaran post-method pedagogy yang menempatkan pengajar sebagai penyusun materi ajar dan pengelola kelas yang mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang pembelajar. Pada akhir kegiatan pembelajaran, pengajar melakukan evaluasi hasil belajar dan merefleksikan apa yang telah dilakukan untuk merencanakan dan melakukan proses belajar mengajar selanjutnya.Kata kunci: Post-method pedagogy, Mata kuliah Bahasa Inggris, Model pembelajaran, Mahasiswa seni.
Karakter Musik Etnik Dan Representasi Identitas Musik Etnik
Dwi Arini, Sri Hermawati;
Supriadi, Didin;
-, Saryanto
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.7
Representasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda untuk menggambarkan sesuatu, yakni karakter musik yang memiliki elemen, di antaranya teknik permainan dan garapan/pengolahan. Sedangkan tanda adalah segala sesuatu yang merepresentasikan sesuatu, yakni penampilan tanda-tanda seperti cengkok, imbal. Cengkok, imbal diperlakukan sebagai identitas yang merepresentasikan identitas musik etnik Jawa, begitu pula penampilan tanda-tanda yakni ugal, cecandetan, kotekan diperlakukan sebagai identitas yang merepresentasikan identitas musik etnik Bali.Kata kunci :ÃÂ ÃÂ ÃÂ Identitas, Representasi, Karakter, Gamelan Jawa dan Gamelan Bali
Kajian Visual Busana Tari Topeng Tumenggung Karya Satir Wong Bebarang Pada Masa Kolonial
Anis Sujana
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (628.725 KB)
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i2.4
Topeng Cirebon menunjuk kepada suatu genre pertunjukan tradisional yang menampilkan beberapa repertoar tari: salah satunya adalah Tari (Topeng) Tumenggung. Dilihat dari sisi busana, elemen-elemen busana Tari Tumenggung dipandang ‘keluar’ dari kelaziman (konvensi) busana Topeng Cirebon, terindikasi dari pemakaian bendo/udeng, pet/topi, kacamata, kemeja lengkap dengan dasi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan makna di balik tanda-tanda busana Tari Topeng Tumenggung, dengan berbagai atribut kelokalan budaya yang menyertainya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah-kebudayaan. Secara diakronik difokuskan pada periode kolonial di Pulau Jawa, dan secara sinkronik difokuskan pada makna simbolik busana Tari Tumenggung. Analisis-visual dilakukan melalui perspektif teori semiotik Peirce yang menawarkan nalar trikotomi: sign – referent – interpretant. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan Topeng Tumenggung memiliki makna konotatif antara lain sebagai sindiran rakyat jelata terhadap penguasa pada waktu itu. Dalam konteks seni tradisi masa kolonial hasil penelitian menunjukan bahwa, busana Tari Tumenggung memiliki tipe kode-kode ganda sebagaimana karakter tanda pada bingkai keilmuan posmodern.Kata kunci: Tari Topeng Cirebon, Busana Tari Topeng Tumenggung, semiotika kode dan tanda